TUGAS
PENGETAHUAN LINGKUNGAN
MENGATASI
PENCEMARAN LOGAM BERAT DENGAN MENGGUNKAN TUMBUHAN HIPERAKUMULATOR
OLEH :
KELOMPOK 1
` ARDIANTO
BAMPE F1C1 11 067
IIN FITRIANTI F1C1 14 005
AHZAN FAZLYAH F1C1
14 055
AMRIN F1C1
14 059
JURUSAN KIMIA
FAKULTAS
MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS
HALU OLEO
KENDARI
2015
BAB II PEMBAHASAN
Salah satu pendekatan untuk meremediasi
lingkungan tercemar logam adalah dengan fitoekstraksi menggunakan tanaman
hiperakumulator. Dengan berkembangnya teknologi fitoremediasi maka tumbuhan
hiperakumulator logam menjadi sangat penting. Tanaman hiperakumulator mampu
mengakumulasi logam dengan konsentrasi lebih dari 100 kali melebihi tanaman
normal, dimana tanaman normal mengalami keracunan logam dan penurunan produksi.
Hal ini terjadi karena adanya perbedaan serangkaian proses fisiologis dan
biokimiawi serta ekspresi gen-gen yang mengendalikan penyerapan, akumulasi dan
toleransi tanaman terhadap logam .
Fitoremediasi merupakan proses teknologi
yang menggunakan tumbuhan untuk memulihkan tanah yang tercemar oleh bahan
polutan secara in situ (Surtikanti, 2011:144). Teknologi ini dapat ditunjang
dengan peningkatan perbaikan media
tumbuh dan ketersediaan mikroba tanah untuk meningkatkan efesiensi dalam proses degradasi bahan
polutan. Proses fitoremediasi bermula dari
akar tumbuhan yang menyerap bahan polutan yang terkandung dalam air. Kemudian melalui proses transportasi tumbuhan,
air yang mengandung bahan polutan
dialirkan keseluruh tubuh tumbuhan, sehingga air yang menjadi bersih dari
polutan. Tumbuhan ini dapat berperan langsung atau tidak langsung dalam proses remediasi lingkungan yang
tercemar. Tumbuhan yang tumbuh di lokasi
yang tercemar belum tentu berperan aktif dalam penyisihan kontaminan, kemungkinan tumbuhan tersebut
berperan secara tidak langsung. Agen
yang berperan aktif dalam biodegradasi polutan adalah mikroorganisme tertentu, sedangkan tumbuhan dapat berperan
memberikan fasilitas penyediaan akar tumbuhan sebagai media pertumbuhan mikroba
tanah sehingga pertumbuhan lebih cepat
berkembang biak (Surtikanti dan Surakusumah,
2011:145).
Ada beberapa kriteria tumbuhan yang
dapat digunakan dalam proses fitoremdiasi, (Youngman dalam Surtikanti,
2011:145), yaitu harus:
1) memiliki
kecepatan tumbuh yang tinggi
2)
hidup pada habitat yang cosmopolitan
3)
mampu mengkonsumsi
air dalam jumlah banyak dan dalam waktu yang singkat
4)
mampu meremediasi lebih dari satu jenis
polutan
5)
mempunyai toleransi tinggi terhadap
polutan
6) dan
mudah dipelihara.
Contoh tumbuhan yang dapat digunakan
untuk dalam bioremediasi polutan adalah:
·
Salix sp
·
rumput-rumputan (Bermuda grass, sorgum)
·
legum (semanggi, alfalfa)
·
berbagai tumbuhan air dan
hiperakumulator untuk logam (bunga matahari, Thlaspi sp).
Dalam proses remediasi, tumbuhan dapat
bersifat aktif maupun pasif dalam mendegradasi
bahan polutan. Secara aktif tumbuhan memiliki kemampuan yang berbeda dalam fitoremediasi. Ada yang
melakukan proses transformasi, fitoekstraksi (pengambilan dan pemulihan dari
kontaminan pada biomassa bawah tanah), fitovolatilisasi, fitodegrradasi,
fitostabilisasi (menstabilkan daerah limbah dengan kontrol penyisihan dan
evapotrannspirasi), dan rhizofiltrasi (menyaring logam berat ke sistem akar)
(Kelly dalam Surtikanti, 2011:145). Keenam proses ini dibedakan berdasarkan
proses fisik dan biologis. Sedangkan secara pasif tumbuhan melakukan biofilter,
transfer oksigen, menghasilkan karbon, dan menciptakan kondisi lingkungan
(habitat) bagi pertumbuhan mikroba.
Fitotransformasi adalah pengambilan
kontaminan bahan organik dan nutrien dari
tanah atau air tanah yang kemudian dtransformasikan oleh tumbuhan. Proses trannsformasi poluttan dalam tumbuhan
dapat berubah menjadi nontoksik atau menjadi lebih toksik. Metabolit hasil
transformasi tersebut terakumulasi dalam
tubuh tumbuhan.
Fitoekstraksi merupakan penyerapan
polutan oleh tanaman air atau tanah dan kemudian diakumulasi atau disimpan dalam bagian suatu tumbuhan (daun atau
batang). Tanaman tersebut dinamakan
hiperakumulator. Setelah polutan terakumulasi, tumbuhan dapat dipanen dan tumbuhan tersebut tidak boleh
dikonsumsi tetapi harus dimusnahkan
dengan insinerator atau ditimbun dalam landfill.
Fitovolatillisasi merupakan proses penyerapan
polutan oleh tumbuhan, kemudian polutan
tersebut diubah menjadi bersifat volatile (mudah menguap), setelah itu ditranspirasikan oleh tumbuhan.
Polutan yang dilepaskan oleh tumbuhan
keudara dapat memiliki bentuk senyawa awal polutan, atau dapat juga menjadi senyawa yang berbeda dari senyawa
awal.
Fitodegradasi adalah proses penyerapan polutan oleh tumbuhan dan
kemudian polutan tersebut mengalami
metabolisme di dalam tumbuhan. Metabolisme polutan di dalam tumbuhan melibatkan enzim antara lain
nitrodictase, laccase, dehalogenase, dan
nitrillase.
Fitostabilisasi merupakan proses yang
dilakukan oleh tumbuhan untuk
mentransformasikan polutan di dalam tanah menjadi senyawa nontoksik tanpa menyerap terlebih dahulu
polutan tersebut ke dalam tubuh tumbuhan.
Hasil transformasi dari polutan tersebut tetap berada di dalam tanah. Fitostabilisasi dapat diartikan sebagai
penyimpanan tanah dan sedimen yang
terkontaminasi dengan menggunakan vegetasi, dan immobilisasi kontaminan beracun polutan. Fitostabilisasi
biasanya digunakan untuk kontaminan
logam pada daerah berlimbah yang mengandung suatu kontaminan. Sedangkan rhizofiltrasi adalah
proses penyerapan polutan oleh tanaman
tetapi biasanya konsep dasar ini berlaku apabila medium yang tercemarnya adalah badan perairan (Surtikanti,
2011:146-148).
Tumbuhan dapat berperan dalam
mempercepat proses remediasi pada lokasi yang tercemar. Hal ini dapat menjadi dalam
berbagai cara, antara lain:
1.
Sebagai solar driven-pump dan treat system, yaitu: proses penarikan polutan ke
daerah rhizosfer dengan bantuan sinar matahari.
2.
Sebagai biofilter, yaitu: tumbuhan yang dapat mengadsorbsi dan membiodegradasi kontaminan yang berbeda di
udara, air, dan daerah buffer. Proses
adsorbsi ini bersifat menyaring kontaminan.
3.
Transfer oksigen dan menurunkan water table. Tumbuhan dengan sistem perakaran dapat berfungsi sebagai transfer
oksigen bagi mikroorganisme dan dapat
menurunkan water table sehingga difusi gas dapat terjadi. Fungsi ini biasanya dilakukan oleh tanaman
apabila kontaminannya bersifat
biodegradable.
4.
Penghasil sumber karbon dan energi. Tumbuhan dapat berperan sebagai sumber penghasil karbon dan energi alternatif
yaitu dengan cara mengeluarkan eksudat
atau metabolisme oleh akar tumbuhan. Eksudat tersebut dapat digunakan oleh mikroorganisme
tanah sebagai sumber karbon dan alternatif sebelum mikroorganisme tersebut
menggunakan polutan sebagai sumber
karbon dan energi.
Kegiatan industri, pertanian dan
pertambangan semakin meningkat, sehingga pencemaran logam berat pada tanah dan
air menjadi issue penting secara global terhadap masalah lingkungan, kesehatan,
ekonomi, dan perencanaan. Adanya peningkatan pembuangan limbah industri,
menyebabkan pencemaran pada air dan tanah, sehingga akan bermasalah terhadap
pemanfaatan lahan untuk pertanian dan perkembangan perkotaan. Peningkatan
penggunaan agrokimia pupuk dan pestisida untuk mempertahankan dan meningkatkan
kesuburan tanah dan produksi tanaman, ternyata mengandung unsur-unsur yang
tidak diinginkan seperti kadmium (Cd) yang dapat mencemari tanah, sehingga
kontaminasi oleh sumber-sumber pupuk dapat menimbulkan potensi ancaman bagi
rantai makanan.
Dampak pertambangan dan industri
merupakan tantangan untuk pengelolaan lingkungan secara alami dengan cara
meningkatkan kesadaran masyarakat tentang dampak pencemaran lingkungan perlu
melibatkan unsur interdisipliner, antar-organisasi, dan upaya internasional.
Secara global, ekonomi industri telah digunakan sebagai suatu sistem sumber
daya terbuka melalui pemanfaatan bahan baku mineral dan energi; dengan
pembuangan limbah yang berdampak terhadap pencemaran lingkungan. Tantangan yang
dihadapi adalah membuat ekonomi industri lebih mengarah kepada sistem tertutup
dengan sasaran penghematan energi, mengurangi limbah, mencegah pencemaran, dan
mengurangi biaya (UNO, 1995). Dua unsur penting yang perlu diperhatikan adalah:
1.
Industri harus mencakup eko-efisiensi dalam mewujudkan pendekatan produksi
bersih; yaitu perolehan maksimum produk dari minimal bahan baku, rancangan
produksi, dan teknologi pengolahan dengan meminimalisasi dampak lingkungan dan
penanganan limbah untuk mencegah pencemaran lingkungan.
2.
Limbah industri harus dianggap sebagai bahan baku berharga yang dapat diolah
lebih lanjut atau dengan kata lain didaur ulang.
Remediasi
yang diartikan sebagai perbaikan lingkungan secara umum diharapkan dapat
menghindari resiko-resiko yang ditimbulkan oleh kontaminasi logam yang berasal
dari alam (geochemical) dan akibat ulah manusia (anthropogenic). Logam dalam
tanah tidak dapat mengalami biodegradasi sehingga pembersihan kontaminan
menjadi pekerjaan yang berat dan mahal.
Remediasi adalah kegiatan untuk
membersihkan permukaan tanah yang tercemar, ada 2 jenis remediasi tanah yaitu
in-situ (on-site/pembersihan di lokasi) dan ex-situ (off-site). Remediasi
secara in-situ bisa dengan menggunakan fungi atau bakteri (bioremediasi) atau
dengan menggunakan tanaman akumulator logam berat (fitoremediasi). Salah satu
tanaman akumulator logam berat adalah akar wangi (Vetiveria zizanioides L.)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar